Jumat, 23 September 2016

                                   FILM THE PURSUIT OF HAPPYNESS

    Ini adalah film perjuangan ayah yang mencintai dan harus membesarkan anaknya yang masih kecil dalam kondisi tidak punya uang, tidak punya rumah dan tidak punya pekerjaan.

Chris Garden adalah seorang ayah yang rajin, pintar, semangat kerja tinggi dan punya impian yang besar untuk keluarga, seperti kebanyakan dari kita. Dengan latar belakang seorang seles dan penjual, dia memberanikan diri untuk mengambil sebuah tawaran untuk menjadi distributor sebuah alat kedokteran yang baru dan canggih.

Seperti kebanyakan orang yang mempunyai impian yang besar, Chris berani mengambil resiko dan menggunakan hampir seluruh tabungannya untuk membeli stok persediaan alat kedokteran tersebut dan memiliki wilayah eksklusif pemasaran dikotanya.
Setelah dicoba dipasarkan, dia baru sadar bahwa alat kedokteran itu bagi kebanyakan dokter adalah alat yang cukup mahal dan kurang dibutuhkan. Presentasi demi presentasi ke setiap dokter yang ada diwilayahnya dilakukan.
Kehadiran seorang anak dan biaya hidup yang terus berjalan membuat Chris mulai kesulitan dalam keuangan. Istrinya harus bekerja 14 jam sehari ditempat laundry demi membantu membiayai biaya hidup keluarga. Anaknya dititipkan disebuah tempat penitipan anak yang murah dari pagi dan sorenya dijemput oleh Chris saat selesai dengan kunjungan ke dokter.
Biaya sewa rumah yang tidak terbayar dan beban hidup yang dirasa semakin berat membuat istri Chris tidak tahan dengan kondisi tersebut dan memutuskan untuk pindah kesaudaranya di New York. Tetapi rasa cinta Chris ia memutuskan akan membesarkan anaknya


Kondisi keuangan Chris menjadi semakin parah dan pada akhirnya diusir dari pemilik rumah kontrakan karena sudah tidak membayar biaya sewa berbulan-bulan. Dia dana anaknya akhirnya sampai harus tinggal ditoilet dan kamar mandi di stasiun Kereta Api dan mengunci pintunya agar bisa tidur didalamnya.
Berhari-hari  seperti itu, akhirnya Chris bisa menemukan tempat penumpangan tuan wisma yang memberikan kamar gratis. Tetapi mereka setiap pagi harus membawa barangnya dan setiap sore harus mengantri dengan ratusan tuna wisma lain dan bila beruntung baru bisa mendapat kamar.
Sambil terus menjual sisa alat kedokteran yang dimilikinya, Chris bertemu dengan seseorang yang memarkirkan Ferrari merahnya dan tampak sangat sukses. Keinginannya untuk sukses membuat dia memberanikan diri untuk bertanya “Apa pekerjaan Anda sehingga bisa memiliki mobil Ferrari yang mewah itu?
Orang tersebut menjawab “Saya seorang Pialang Saham”. Dari sana timbul impiannya lagi dan dia mencoba melamar di sebuah perusahaan sekuritas untuk menjadi seorang pialang saham.
Perusahaan tersebut menawarkan pendidikan selama 6 bulan untuk bisa menjadi calon Pialang Saham. Setelah 6 bulan pendidikan, mereka hanya memilih 1 dari 30 orang peserta untuk diterima menjadi pialang saham. Dan selama 6 bulan pendidikan, tidak memberikan gaji apapun.
Demi impian barunya tersebut, Chris rela melewati proses pendidikan dan seleksi yang berat tersebut. Dan dia harus bisa mengatur dan menghadapi banyak kesulitan antara belajar menjadi pialang saham, mengantar dan menjemput anaknya di tempat penitipan anak, antri di sore hari di tempat penampungan tuna wisma, sering tidak makan agar menghemat uang yang tinggal sedikit dan masih harus mencari calon pelanggan untuk perusahaan pialang saham.

Setelah melalui 6 bulan perjuangan dan semua kesulitan yang harus dihadapi, Chris akhir terpilih untuk menjadi pialang saham dan memulai karirnya di industri itu.