Rene Descartes dinggap sebagai Bapak aliran
filsafat pada zaman modern. Disamping seorang tokoh rasionalime, Descartes pun
merupakan seorang filsuf yang ajaran filsafatnya sangat populer, kerna
pndangannya yang tidak pernah goyah, tentang kebenaran tertinggi berada pada
akal atau rasio manusia. Rene Descartes seorang filsuf yang tidak puas dengan
filsafat Skolastik yang pandangan-pandangannya saling bertentangan, dan tidak
ada kepastian disebabkan oleh miskinya metode berfikir yang tepat. Descartes
mengemukakan metode baru yaitu metode keragu-raguan. Jika orang ragu terhadap
segala sesuatu, dalam keragu-raguan itu, jelas ia sedang berfikir. Sebab, yang
sedang berfikir itu tentu ada dan jelas terang-benderang.Cogito ergo sum (saya
berfikir, maka saya ada).
Rasio merupakan sumber kebenaran. Hanya rasio
sajalah yang dapat membawa orang paa kebenaran. Yang benar hanyalah tindakan
akal yang terang benderangyang disebutnya Ideas Claires el Distinces
(pikiran yang terang benderang dan terpilah-pilah). Idea terang benderang ini
pemberian tuhan sebelum orang dilahirkan (ida inate : ide bawaan).
Sebagai pemberian Tuhan, maka tak mungkin tak benar.
Kerasionalan dalam berfikir Descartes membuat saya
tertarik untuk mengkaji tokoh ini (Descartes). Begitu juga tentang metode cara
menemukan kepastian yag ia kemukakan dalam ungkapan Cogito rgo sum (
saya berfikir, maka saya ada). Selain itu juga tentang pendapat Descares yang
mengatakan bahwa roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat
asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.
Makalah ini akan membahas beberapa pokok masalah
yang terkandung di dalamnya. Diantaranya adalah biografi dari Rene Descrtes itu
sendiri. Dari kelahiranya, riwayat pendidikannya, dan kondisi keluarganya,
serta karya-karya monumental dari Rene Descartes itu sendiri. Kemudian
pokok-pokok pemikiran beliau serta metode dan pendekatan apa yang ia pakai
dalam pemikirannya tersebut. Makalah ini juga membahas tentang analisa tokoh
mulai dari dukungan atas tokoh, kritik atas pemikiran tokoh, serta analisa
penulis sendiri mengenai Decartes sendiri. Pembahasan berikutnya adalah
mengenai epistemologi atau cara memperoleh pengetahuan yang ditawarkan
Descartes dan begitu juga ontologi Descartes.
Menenai makalah tujuan dari makalah ini dibuat
adalah yang petama kali merupakan sebagai tugas akhir semester dari mata kuliah
Filsafat Ilmu dan Logika. Untuk seterusnya penulis mengharapkan dengan
terselesaikannya makalah ini, pembaca dapat mengetahui lebih dalam siapa itu
Rene Descartes, apa saja pemikirannya, epistemologi Decartes dalam mencari
kepastian , juga ontologi Descartes.
A. Biografi
Rene Descartes lahir
di kota La Haye Totiraine, Perancis pada tanggal 31 Maret tahun 1596 M. Dalam literatur berbahasa latin dia dikenal
dengan Renatus Cartesius. Rene Descartes selain merupakan seorang filosof, dia
juga seorang matematikawan Perancis. Beliau meninggal pada tanggal 11 februari
1650 M di Swedia di usia 54 tahun. Kemudian jenazahnya dipindah ke Perancis pada tahun 1667 M dan
tengkoraknya disimpan di Museum D’historie Naturelle di Paris.
Rene
Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel,
memang benar. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama
pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri
sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada
akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman,
bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Corak
pemikiran yang rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia berikan
kepada dunia. Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-karyanya
yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la Methode
(1637) yang menguraikan tentang metode. Selain itu juga ada Meditations de
Prima Philosophia (1642), sebuah buku yang menguraikan tentang
meditasi-meditasi tentang filsafat pertama. Di dalam kedua buku inilah
Descartes menuangan metodenya yang terknal itu, metode Cogito ero sum,
metode keraguan Descartes.
Rene Descates merupakan anak ketiga dari
seorang anggota Parlemen Inggris yang memiliki tanah yang cukup luas. Ketika
beliau mewarisinya setelah ayahnya meninggal, beliau menjual tanah warian
tersebut dan menginvestasikan uangnya dengan pendapatan enam atau tujuh ribu
franc per tahun. Pada tahun 1612 M, beliau pidah ke Perancis. Beliau merupakan
orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga
menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh
tokoh-tokoh gereja. Terbukti dalam bukunya La Monde yang mana beliau
memaparkan di dalamnya dua pemikiran bid’ah : Rotasi bumi dan keterhinggaan
alam semesta. Dari
tahun 1629 M sampai 1649 M, beliau menetap di Belanda.
Pendidikan pertama
Descartes diperoleh dari College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612
M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani,
bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang
filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika
Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat
Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan
dalam memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling berlawanan.
Pada
tahun 1612 M, Descartes pergi ke Paris dan di sana beliau mendapatkan kehidupan
sosial yang menjemukan yang akhirnya beliau mengasingkan diri ke Faobourg Sain
German untuk mengerjakan ilmu ukur. Kemudian pada tahun 1617 M, Descartes masuk
ke dalam tentara Belanda. Selama dua
tahun, beliau mengalami suasana damai dan tentram di negeri kincir angin ini,
sehingga beliau dapat menjalani renungan fisafatnya. Pada tahun 1619 M,
Descartes bergabung dengan tentata Bavaria. Selama musim dingin antara tahun
1619 – 1620 M, di kota ini, beliau mendapatkan pengalaman, yang kemudian
dituangkan dalam buku pertamanya Discours de la Methode. Salah satu
pengalaman yang unik adalah tentang mimpi yang dialami sebanyak tiga kali dalam
satu malam, yang dilukiskan oleh sebagian penulis bagaikan ilham dari Tuhan. Pada tahun 1621 M, Descartes berhenti dari
medan perang dan setelah berkelana ke Italia, lalu beliau menetap di Paris
(1625 M.). Tiga tahun kemudian, beliu kembali masuk tentara, tetapi tidak lama
beliau keluar lagi. Dan akhirnya beliau memutuskan untuk menetap di Belanda. Di
sinilah Descartes menetap selama 20 tahun (1629 – 1649 M.) dalam iklim
kebebasan berfikir. Di negeri sinilah beliau dengan leluasa menyusun
karya-karyanya di bidang ilmu dan filsafat.
Descartes
menghabiskan masa hidupnya di Swedia tatkala beliau memenuhi undangan Ratu
Christine yang menginginkan pelajaan-pelajaran dari Descartes. Salah satunya
Ratu Christine ingin mempelajari filsafat Decartes. Pelajaran-pelajaran yang
diharusakn diajarkan setiap jam lima pagi menyebabkan Descartes jatuh sakit
radang paru-paru yang menjemput ajalnya pada tahun 1650 M, sebelum sempat
beliau menikah. Tetapi Descartes mempunyai seorang anak perempuan kandung yang
meninggal pada umur lima tahun; ini, katanya, merupakan kesedihan yang paling
mendalam selama hidupnya.
B.
Metode dan Pendekatan
Pemikiran Descartes
Dalam
pemikiran Descartes Cogito Ergo Sum yang berarti aku berfikir maka aku
ada, beliau menggunakan metode analistis kristis melalui keraguan (skeptis)
dengan penyangsian. Yaitu dengan menyangsikan atau meragukan segala apa yang
bisa diragukan. Descartes sendiri menyebutnya metode analitis. Descartes
juga menegaskan metode lain: empirisme rasionil. Metode itu mengintregasikan segala keuntungan
dari logika, analisa geometris, dan aljabar. Yang di maksud analisa geometris
adalah ilmu yang menyatukan semua disiplin ilmu yang dikumpulkan dalam nama “ilmu
pasti”.
Mengenai
pendekatan yang digunakan Descartes dalam menganalisa pemikirannya, sudah
kelihatan jelas bahwa beliau menggunakan pendekatan filsafat yang mana menganut
paham rasionalisme yang sangat mengedepankan akal.
Dapat
dipahami bahwasanya Rene Descartes dalam “Cogito Ergo Sum”nya
menggunakan metode analitis tentang penyangsian dan dengan menggunakan
pendekatan filsafat yang rasional.
C.
Pokok-Pokok Pemikiran
1. Cogito ergo sum
Cogito Ergo Sum atau yang lebih
dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan sebuah pemikiran yang ia
hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada awalnya Descartes
digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi
hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh
kebenaran pasti Descartes memepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena
Descartes berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat diperlukan metode
tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar logis.
cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode
penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh karenanya kesangsian ini
harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga
kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya bahwa ada suatu
dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada). Kalau terdapat
suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka itulah
kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu
pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir.
Maka, Cogito ergo sum: saya yang sedang menyangsikan,ada. Itulah kebenaran yang
tidak dapat disangkal, betapa pun besar usahaku.
Apa sebab kebenaran
ini bersifat sama sekali pasti? Karena saya mengerti itu dengan jelas dan
terpilah-pilah (Inggris: clearly and distinctly). Jadi, hanya yang saya
mengerti dengan jelas dan terpilah-pilah harus diterima sebagai benar. Itulah
norma untuk menentukan kebenaran.
2. Ide-ide bawaan
Karena kesaksian apa
pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari
kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode
dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri
saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas). Ketiga
ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah
pemikiran, Tuhan, dan keluasan.
a. Pemikiran
Sebab saya memahami
diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran
merupakan hakikat saya.
b. Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna
Karena saya mempunyai ide sempurna,
mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide itu karena akibat tidak bisa
melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Tuhan.
c. Keluasan
Materi sebagai keluasan atau ekstensi ( extension
), sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur.
3. Substansi
Descartes menyimpulkan
bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang hakikatnya
adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah keluasan. Akan
tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia
mengalami banyak kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes,
satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia materiil ialah bahwa Tuhan akan
menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan di
luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan dmikian, keberadaan
yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia
materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna
4. Manusia
Descartes memandang
manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi: jiwa dan
tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak
lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang
satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes
menganut suatu dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai
banyak kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya,
pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan
jiwa berlangsung dalam grandula pinealis ( sebuah kelenjar kecil yang
letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn ini tidak memadai
bagi Descartes sendiri.
D. Analisa
terhadap Rene Descartes
1. Pujian atau dukungan terhadap Rene Descartes
Bertrand Russell dalam
bukunya Sejarah Filsafat Barat mengatakan bahwasanay Descartes pantas
menyandang gelar The Founder of Modern Philosophy atau Bapak Filsafat
Modern. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada
zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri
yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad
pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang
menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman,
bukan ayat, serta bukan yang lainnya.
Bertnand Russell juga mengatakan bahwa
Descartes adalah orang pertama yang memiliki kapasitas filosofis tinggi dan
sangat dipengaruhi oleh fisika dan astronomi baru. Ada sebuah kesegaran dalam
pemikirannya yang tidak ditemukan dalam pemikiran filsuf ternama sebelumnya
semenjak Plato. Wataknya baik dan tidak suka menonjolkan keilmuannya, layaknya
orang-orang pintar di dunia, bukannya seperti seorang murid. Wataknya ini luar
biasa sempurna. Sangat beruntunglah filsafat modern karena pionirnya mempunyai
cita rasa sastra yang mengagumkan. (Bertand Russell)
Pengaruh keimanan yang
begitu kuat pada abad pertengahan, yang tergambar dalam ungkapan credo ut
intelligam. dari
Anselmus itu, telah membuat para pemikir takut mengemukakan pemikiran yang
berbeda dari pendapat tokoh gereja. Apakah ada filsuf yang mampu dan berani
menyelamatkan filsafat yang dicengkram oleh iman abad pertengahan itu? Tokoh
itu adalah Rene Descartes.
2. Kritik terhadap Rene Descartes
Penganut empirisme
begitu kecewa dengan rasionalisme, karena telah menghinakan empirisme,
sementara rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu berpusat pada kepastian
tentang pikiran diri sendiri, sementara salah satu diri sendiri adalah
fungsi-fungdi indrawi,yang berhubungan juga dengan empirisme. Dalam kasus ini,
Immanuel Kant mengkritik habis-habisan, karena semuanya menunjukkan bahwa
rasionalisme murni berpijak atas dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang goyah
sehingga Cogito ergo sum tidak lagi dianggap titik tolak yang memadai.
3. Analisa penulis terhadap Rene Descartes
Rene Descartes menurut penulis, merupakan
seorang filsuf zaman modern yang memberikan trobosan, alternatif, dan logika
baru dalam bidang filsafat. Descartes telah berhasil memberikan fondasi
kepastian bagi pengembangan ilmu pengetahuan, sebuah dasar yang belum pernah
ditemukan oleh para pendahulunya. Salah satunya yaitu bahwa filsafat pada masa
lampau teerlalu mudah memasukkan penalaran yang bisa-jadi-benar (belum
tentu benar) ke dalam khazanah penalaran yang sebenarnya dikhususkan bagi
penalaran yang pasti. Oleh karena itu Descartes menyatakan aturan umum dalam
logika dalam bukunya Discourse bahwasanya tidak boleh menerima hal apa
saja sebagai hal yang benar jika tidak mempunyai pengetahuan yang jelas
mengenai kebenarannya.
Oleh karena itu semua,
penulis mengatakan bahwa Descartes pantas menyandang gelar The Founder of
the Modern Philosophy karena dialah pencetus rasionalisme yang lebih
mengunakan akal yang mana sebelumnya mereka masih takut akan dogma-dogma
gereja.
E.
Epistemologi Pemikiran
Rene Descartes
Epistemologi merupakan
pembicaraan mengenai bagaimana sebuah ilmu pengetahuan diperoleh. Dalam
perjalanannya mencari kepastian, Descartes telah menemukan metode tersendiri.
Yaitu dengan cara meragukan semua yang dapat diragukan. Kesangsian ini
dijalankan seradikal mungkin. Ia meragukan segala ilmu dan hasil-hasilnya
seperti adanya kosmos fisik, termasuk badannya, dan bahkan adanya Tuhan.
Beberapa alasan yang dikemukakan untuk mendukung keragu-raguannya ini adalah
kemungkinan kekeliruan panca indra, kemungkinan ia sedang mimpi, dan adanya
demon jahat penipu. Ia seolah-olah bersikap sebagai seoarang skeptikus. Dan,
memang pada saat itu, ajaran skeptisisme, sebagaimana dikenal dalam karya Sextus
Empirious, agak menjadi popular. Menurut
Descartes, untuk dapat memulai sesuatu yang baru, ia harus memiliki suatu
pangkal pemikiran yang pasti. Pangkal yang pasti itu dapat ditemukan lewat
keragu-raguan.
Ciri utama dari filsafatnya adalah penekanan yang
ia sangat menggarisbawahi pada kenyataan bahwa satu hal kita sebagai manusia
seluruhnya dapat merasa seyakin-yakinnya, --bahkan oleh orang yang mengalami
keraguan yang amat sekalipun—adalah “keberadaan dirinya sendiri”. Cogito, Ergo
sum ( I think, therfore I am ). Seluruh sistem filsafatnya disusun untuk
menghindarkan atau menjauhkan diri dari sifat ragu-ragu yang ditimbulkan dari
dirinya sendiri. Sistem filsafatnya dipersembahkan untuk menguji bagaimana sesungguhnya
seseorang dapat memahami segala apa yang ada di luar dirinya (outside);
bagaimana membangun kembali fondasi yang kokoh untuk sebuah keyakinann yang
dapat dipertanggungjawabkan tentang hal-hal yang ada pada dunia di luar fondasi
yang kokoh untuk kepercayaan terhadap adanya Tuhan. Dia juga menunut bahwa kepercayaan kita
sesungguhnya dimulai dari –seperti yang biasa berjaln dalam sistem berfikir
deduktif dalam wilayah matematika—dari premis-premis aksiomatik tertentu, yang
secara intuitif bersifat “pasti”, dan dari sana secara perlahan-lahan –lewat
pengambilan kesimpulan deduktif-- ke
arah kesimpulan-kesimpuln yang dapat dibuktikan secara meyakinkan dan kokoh.
F. Ontologi Rene Descartes ( substansi-atribut-modus)
Descartes telah mencari hakikat sesuatu, akan
tetapi agar hakikat segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan
pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribu atau sifat dasar, dan
modus.
Yang disebut substansi adalah apa yang berada
sedemikian rupa, sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada.
Substansi yang dipkirkan seperti itusebenarnya hanya ada satu yaitu Tuhan.
Segala sesuatu yang lain hanay dapat
dipikirkan sebagai berada dengan pertolongan tuhan. Jadi sebutan
substansi sebenarnya tidak dapat dngan cara yang sama diberikan Tuhan dan
kepada hal-hal lain. Hal-hal bendawi dan rohani yang diciptakan memang dapat
juga dimasukkan ke dalam pengertian substansi itu, dan dalam prakteknya
Descartes memasukkan jiwa dan materi dalam pengertian substansi juga.
Yang disebut atribut adalah sifat asasi. Tiap
substansi memiliki sifat asasinya sendiri, yang menentukan hakikat substansi
itu. Sifat asasi ini mutlak perludan tidak dapat ditiadakan. Sifat asasi ini
adanya diadakan oleh segala sifat yang lain.
Yang diebut modus (jamak dari modi) adalah segala
sifat substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat berubah.
Jelas dan teranglah sekarang bahwa segala substansi
bendawi memiliki sebagai atribut atau sifat asasi; keluasan, dan memiliki
sebagai modi; bentuk dan besarnya yang lahiriyah serta gerak dan perhentiannya.
Dengan demikian segala benda tidk memiliki ketentuanyng kualitatif, yang
menunjukkan kualitas atau mutunya. Seluruh realitas bendawi dihisabkan kedalam
kuantitas atau bilangan. Oleh karena itu segala hal yang bersifat bendawi pada
hakikatnya adalah sama. Perbedaan-perbedaannya bukan mewujudkan hal yang asai,
melainkan hanya tambahan saja.
Jelas juga bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai
sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran
individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa
pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang
asasi benda adalah keluasan. Roh dapat dipikirkan dengan jelasdan
terpilah-pilah,tanpa memerlukan sifat asasi benda. Oleh karena itu secara
apriori tiada kemungkinan yang satu mepengaruhi yang lain, sekalipun dalam
praktek tamak ada pengaruhnya
KESIMPULAN
Rene
Decartes merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang
menganggap bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan
menganggap bahwa pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun
1596 M dan meninggal tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota
parlemen inggris. Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran
Katholik, tetapi beliau juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu
masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Belajar di College Des Jesuites La
Fleche dari tahun 1604 – 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang
karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping
beliau juga belajar tentang filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan,
beliau mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus,
astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam
pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai
aliran dalam filafat yang saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda
dan Bavaria. Dan akhirnya ia meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima
panggilan Ratu Christine yang ingin belajar kepada dirinya.
Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum,
ia menyatakan bahwa sumber keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari
itu dalam epistemologinya Descartes dengan menggunakan metode analitis dan
dengan pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan akal ia mengatakan bahwa
“ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa yang ada, segalanya,
akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yag sedang berfikitr tidak
dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.
Dalam ontologinya Descartes juga mengatakan bahwa
agar hakikat segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian
tertentu, yaitu substansi, atribut atau sifat dasar, dan modus. Subtansi merupakan apa
yang berada sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk
berada ,yaitu Tuhan. Atribut adalah sifat asasi mutlak perlu dan tidak dapat
ditiadakan,yaitu pemikiran. Pemikiran adalah perbuatan jiwa berdasarkan
hakekatnya sendiri, bebas dari pada tubuh. Sedangkan modus adalah sifat-sifat
substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat diubah-ubah,yaitu pikiran- pikiran individual. Dengan
itu ia mengatak jelas bahwa roh dan jiwa
memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai modinya;
pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang
lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh
adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan.