Kamis, 30 Maret 2017

Pokok-Pokok Pemikiran Rene Descrates

Rene Descartes lahir di kota La Haye Totiraine, Perancis pada tanggal 31 Maret tahun 1596 M.  Dalam literatur berbahasa latin dia dikenal dengan Renatus Cartesius. Rene Descartes selain merupakan seorang filosof, dia juga seorang matematikawan Perancis. Beliau meninggal pada tanggal 11 februari 1650 M di Swedia di usia 54 tahun. Kemudian  jenazahnya dipindah  ke Perancis pada tahun 1667 M dan tengkoraknya disimpan di Museum D’historie Naturelle di Paris.

Rene Descartes dikenal sebagai Bapak Filsafat Modern. Menurut Bertnand Russel, memang benar. Gelar itu diberikan kepada Descartes karena dialah orang pertama pada zaman modern yang membangun filsafat yang berdiri atas keyakinan diri sendiri yang dihasilkan oleh pengetahuan rasional. Dialah orang pertama pada akhir abad pertengahan yang menyusun argumentasi yang kuat yang dictinct, yang menyimpulkan bahwa dasar filsafat adalah akal, bukan perasaan, bukan iman, bukan ayat, serta bukan yang lainnya.

Corak pemikiran yang rasional merupakan sebuah kontribusi pemikiran yang ia berikan kepada dunia. Selain itu, ada beberapa kontribusi berupa karya-karya buku. Karya-karyanya yang terpenting dalam bidang filsafat murni dintaranya Dicours de la Methode (1637) yang menguraikan tentang metode. Selain itu juga ada Meditations de Prima Philosophia (1642), sebuah buku yang menguraikan tentang meditasi-meditasi tentang filsafat pertama. Di dalam kedua buku inilah Descartes menuangan metodenya yang terknal itu, metode Cogito ero sum, metode keraguan Descartes.



Pokok pokok pemikiran Rene Descartes 
              1. Cargito Ergo Sum   


Cogito Ergo Sum atau yang lebih dikenal dengan “aku berfikir maka aku ada” merupakan sebuah pemikiran yang ia hasilkan melalui sebuah meditasi keraguan yang mana pada awalnya Descartes digelisahkan oleh ketidakpastian pemikiran Skolastik dalam menghadapi hasil-hasil ilmu positif renaissance. Oleh karena itu untuk memperoleh kebenaran pasti Descartes memepunyai metode sendiri. Itu terjadi karena Descartes berpendapat bahwa dalam mempelajari filsafat diperlukan metode tersendiri agar hasil-hasilnya benar-benar logis.

cogito dimulai dari metode penyangsian. Metode penyangsian ini dijalankan seradikal mungkin. Oleh karenanya kesangsian ini harus meliputi seluruh pengetahuan yang dimiliki, termasuk juga kebenaran-kebenaran yang sampai kini dianggap pasti (misalnya bahwa ada suatu dunia material, bahwa saya mempunyai tubuh, bahwa tuhan ada). Kalau terdapat suatu kebenaran yang tahan dalam kasangsian yang radikal itu, maka itulah kebenaran yang sama sekali pasti dan harus dijadikan fundamen bagi seluruh ilmu pengetahuan. Dan Descartes tidak dapat meragukan bahwa ia sedang berfikir. Maka, Cogito ergo sum: saya yang sedang menyangsikan,ada. Itulah kebenaran yang tidak dapat disangkal, betapa pun besar usahaku.

Apa sebab kebenaran ini bersifat sama sekali pasti? Karena saya mengerti itu dengan jelas dan terpilah-pilah (Inggris: clearly and distinctly). Jadi, hanya yang saya mengerti dengan jelas dan terpilah-pilah harus diterima sebagai benar. Itulah norma untuk menentukan kebenaran. 

 2. Ide ide bawaan
Karena kesaksian apa pun dari luar tidak dapar dipercayai, maka menurut Descartes saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dangan menggunakan norma tadi. Kalau metode dilangsungkan demikian,apakah hasilnya? Descartes berpendapat bahwa dalam diri saya terutama dapat ditemukan tiga “ide bawaan” (Inggris: innate ideas). Ketiga ini yang sudah ada dalam diri saya sejak saya lahir msing-masing ialah pemikiran, Tuhan, dan keluasan.
1.   Pemikiran
 
Sebab saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berfikir, harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya.


    2.  Tuhan sebagai wujud yang sama sekali sempurna
 
            Karena saya mempunyai ide sempurna, mesti ada suatu penyebab sempuna untuk ide itu karena akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak lain daripada Tuhan.

         3. Keluasan


Materi sebagai keluasan atau ekstensi ( extension ), sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli ilmu ukur

  3. Substansi 


Descartes menyimpulkan bahwa selain Tuhan, ada dua subtansi: Pertama, jiwa yang hakikatnya adalah pemikiran. Kedua, materi yang hakikatny adalah keluasan. Akan tetapi, karena Descartes telah menyangsikan adanya dunia di luar aku, ia mengalami banyak kesulitan untuk memebuktikan keberadaannya. Bagi Descartes, satu-satunya alasan untuk menerima adanya dunia materiil ialah bahwa Tuhan akan menipu saya kalau sekiranya ia memberi saya ide keluasan, sedangkan di luar tidak ada sesuatu pun yang sesuai dengannya. Dengan dmikian, keberadaan yang sempurna yang ada di luar saya tidak akan menemui saya, artinya ada dunia materiil lain yang keberadaannya tidak diragukan, bahkan sempurna


4. Manusia 
      Descreptes memandang manusia sebagai makhluk dualitas. Manusia terdiri dari dua substansi: jiwa dan tubuh. Jiwa adalah pemikiran dan tubuh adalah keluasan. Sebenarnya, tubuh tidak lain dari suatu mesin yang dijalankan oleh jiwa. Karena setiap substansi yang satu sama sekali terpisah dari substansi yang lain, sudah nyata bahwa Descartes menganut suatu dualisme tentang manusia. Itulah sebabnya, Descartes mempunyai banyak kesulitan untuk mengartikan pengaruh tubuh atas jiwa dan sebaliknya, pengaruh jiwa atas tubuh. Satu kali ia mengatakan bahwa kontak antara tubuh dan jiwa berlangsung dalam grandula pinealis ( sebuah kelenjar kecil yang letaknya di bawah otak kecil). Akan tetapi, akhirnya pemecahn ini tidak memadai bagi Descartes sendiri.
menghinakan empirisme, sementara rasionalisme meyakini bahwa kebenaran itu berpusat pada kepastian tentang pikiran diri sendiri, sementara salah satu diri sendiri adalah fungsi-fungdi indrawi,yang berhubungan juga dengan empirisme. Dalam kasus ini, Immanuel Kant mengkritik habis-habisan, karena semuanya menunjukkan bahwa rasionalisme murni berpijak atas dasar-dasar dan prinsip-prinsip yang goyah sehingga Cogito ergo sum tidak lagi dianggap titik tolak yang memadai.


 Rene Decartes merupakan tokoh filsafat yang menganut paham rasinalisme yang menganggap bahwa akal adalah alat terpenting untuk memeperoleh pengetahuan. Dan menganggap bahwa pengetahuan indra dianggap sering menyesatkan. Lahir tahun 1596 M dan meninggal tahun 1650 M. Ia adalah anak ketiga dari seorang anggota parlemen inggris. Merupakan orang yang taat mengerjakan ibadah menurut ajaran Katholik, tetapi beliau juga menganut bid’ah-bid’ah Galileo yang pada waktu itu masih ditentang oleh tokoh-tokoh gereja. Belajar di College Des Jesuites La Fleche dari tahun 1604 – 1612 M. Beliau memperoleh pengetahuan dasar tentang karya ilmiah Latin dan Yunani, bahasa Perancis, musik dan akting. Disamping beliau juga belajar tentang filsafat, matematika, fisika, dan logika. Bahkan, beliau mendapat pengetahuan tentang logika Aristoteles, etika Nichomacus, astronomi, dan ajaran metafisika dari filsafat Thomas Aquinas. Dalam pendidikannya Descartes merasakan beberapa kebingungan dalam memahami berbagai aliran dalam filafat yang saling berlawanan. Dan pernah masuk tantara Belanda dan Bavaria. Dan akhirnya ia meninggal di Swedia tahun 1650 M setelah menerima panggilan Ratu Christine yang ingin belajar kepada dirinya.

Dalam pernyataanyang ia katakan Cogito ergo sum, ia menyatakan bahwa sumber keyakinan itu berasal dari keragu-raguan. Maka dari itu dalam epistemologinya Descartes dengan menggunakan metode analitis dan dengan pendekatan filsafat rasional yang mendahulukan akal ia mengatakan bahwa “ aku berfikir maka aku ada”. Dimulai dengan meragukan apa yang ada, segalanya, akan tetapi ia tidak dapat memungkiri bahwa dirinya yag sedang berfikitr tidak dapat diragukan. Maka dia mengatakan aku berfikir, maka aku ada.
Dalam ontologinya Descartes juga mengatakan bahwa agar hakikat segala sesuatu dapat ditentukan dipergunakan pengertian-pengertian tertentu, yaitu substansi, atribut atau sifat dasar, dan modus. Subtansi merupakan apa yang berada sedemikian rupa sehingga tidak memerlukan sesuatu yang lain untuk berada ,yaitu Tuhan. Atribut adalah sifat asasi mutlak perlu dan tidak dapat ditiadakan,yaitu pemikiran. Pemikiran adalah perbuatan jiwa berdasarkan hakekatnya sendiri, bebas dari pada tubuh. Sedangkan modus adalah sifat-sifat substansi yang tidak mutlak perlu dan yang dapat diubah-ubah,yaitu  pikiran- pikiran individual. Dengan itu  ia mengatak jelas bahwa roh dan jiwa memiliki sebagai sifat asasi; pemikiran, dam memiliki sebagai modinya; pikiran-pikiran individual,gagasan-gagasan dan gejala-gejala kesadaran yang lain. Roh pada jiwa pada hakikatnya berbeda dengan benda. Sifat asasi roh adalah pemikiran, sedang asasi benda adalah keluasan

Daftar Pustaka 
Bakker, Anton., Metode-Metode Filsafat.  1986. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Sudarsono. Ilmu Filsafat; suatu pengantar. 2008. Jakarta: Rineka Cipta.
Zubaedi. Filsafat Barat; Dari logika baru Rene Descartes hingga Revolusi Sains ala Thomas Khun. 2010. Yogyakarta: Arruzz  Media.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar